Welcome

Met dateng di Napekah Tasarahai...

Sabtu, 20 Februari 2010

prinsip kerja sama n kesantunan zerrrr....

BAB I
PENDAHULUAN

Pada bab I dikemukakan hal-hal yang menjadi perhatian dalam telaah ini, yakni a) latar belakang, b) masalah, c) rumusan masalah, d) tujuan penelitian, dan e) manfaat penelitian.

1.1 Latar Belakang
Berbicara merupakan suatu keterampilan dalam menyampaikan pesan melalui bahasa lisan kepada orang lain. Kegiatan berbicara yang di dalamnya terdapat interaksi antara penutur dan petutur dapat dikatakan sebagai percakapan. Kegiatan berbicara seperti ini memiliki kedudukan yang penting karena tidak terlepas dari fungsi manusia itu sendiri sebagai makhluk sosial yang melakukan percakapan dalam membentuk interaksi antarpersona dalam pemeliharaan hubungan sosial di masyarakat. Ismari (1995: 2) memberikan defenisi pada percakapan sebagai suatu aktivitas yang diatur oleh kaidah-kaidah, norma-norma, dan konvensi-konvensi yang dipelajari sebagai bagian dari proses pemerolehan kompetensi berbahasa.
Percakapan  merupakan salah satu bentuk wacana lisan. Salah satu faktor yang mempengaruhi bentuk dan makna wacana lisan adalah peristiwa tutur. Peristiwa tutur yang dimaksud adalah peristiwa tutur tertentu yang mewadahi kegiatan bertutur, misalnya pidato, percakapan, seminar, sidang pengadilan, konferensi, acara keduri, dan lain-lain. Wacana yang dipersiapkan untuk pidato akan berbeda bentuk dan isinya dengan wacana untuk seminar. Demikian pula dengan wacana untuk acara keduri akan berbeda bentuk dan isinya dengan wacana saat konferensi.
Hymes (Ismari, 1995: 2) menggunakan istilah peristiwa tutur untuk aktivitas yang secara langsung diatur oleh norma-norma dalam penggunaan percakapan. Hymes (Arifin dan Rani, 2000:173) mengungkapkan bahwa peristiwa tutur itu memiliki hubungan yang erat dengan latar peristiwa. Peristiwa tutur tertentu akan terjadi dalam konteks situasi tertentu pula. Sesuai dengan konteks situasinya, suatu peristiwa tutur mungkin akan lebih tepat diantarkan dengan bahasa yang satu, sedangkan peristiwa tutur yang lain lebih cocok diantarkan dengan bahasa yang lain.
Salah satu peristiwa tutur yang dapat diamati adalah saat interaksi dalam proses belajar-mengajar berlangsung di kelas. Interaksi dalam proses belajar-mengajar di kelas melibatkan peran aktif guru dan siswa. Seorang guru diharapkan dapat menyampaikan idenya secara singkat, jelas, lengkap, benar, dan tertata. Siswa diharapkan juga dapat berkomunikasi sebagai respons terhadap guru. Jika antara guru dan siswa kurang memperhatikan hal tersebut, kualitas, kuantitas, relevansi, dan kejelasan pesan akan terganggu. Akibatnya, komunikasi yang terjadi tidak dapat berlangsung secara maksimal.
Efektivitas interaksi merupakan hal yang penting bagi guru maupun siswa agar proses belajar-mengajar berjalan lancar. Untuk mencapai efektivitas komunikasi diperlukan pemahaman terhadap berbagai faktor yang berkaitan dengan jarak dan kedekatan sosial untuk melaksanakan tindak tutur (speech act).
Tindak tutur disebutkan oleh Chaer dan Agustina (1995: 65) sebagai gejala individual, bersifat psikologis, dan keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur dalam menghadapi situasi tertentu. Dengan tindak tutur, guru dan siswa dapat mengembangkan pola komunikasi dalam mencapai efektivitas proses belajar-mengajar. Oleh karena itu, penutur dan petutur perlu memperhatikan prinsip kerja sama maupun kesantunan dalam bertutur. Prinsip kerja sama cenderung mengarah pada efektivitas penyampaian pesan, sedangkan prinsip kesantunan mengarah pada upaya-upaya pemeliharaan hubungan sosial dan personal dalam proses komunikasi (Jumadi, 2005: 48).
Prinsip kerja sama dan kesantunan terkait dengan penerapan konvensi yang dikenal sebagai maksim. Maksim merupakan petuah atau kesepakatan yang menuntun percakapan. Penutur dan petutur diharapkan dapat bertutur dengan baik sesuai dengan pemahaman terhadap penerapan prinsip kerja sama dan prinsip kesantunan. Oleh karena itu, kerja sama sangat penting untuk menjalin komunikasi yang lancar.   
Penerapan prinsip kerja sama dan prinsip kesantunan pada proses belajar-mengajar menuntut kecermatan dan pemahaman guru dalam menggunakannya agar sesuai dan dapat membantu mencapai efektivitas belajar siswa. Jika hal ini tidak dilakukan oleh guru, pengajaran menjadi monoton, berbelit-belit, tidak jelas dalam penyampaian informasi (penggunaan kata sulit dipahami), serta guru lebih bersifat dominan, bahkan otoriter.
Penerapan kedua prinsip tutur ini perlu memperhatikan aspek-aspek peristiwa tutur yang sedang terjadi. Leech (1993: 19) mengemukakan mengenai aspek-aspek dari peristiwa tutur yang meliputi (1) penutur dan petutur, (2) konteks tuturan, (3) tujuan tuturan, (4) tuturan sebagai bentuk tindak atau aktivitas, dan (5) tuturan sebagai produk tindak. Kelima aspek-aspek ini secara simultan membentuk peristiwa tutur.
Penelitian terhadap penggunaan bahasa guru dan siswa merupakan hal yang penting. Ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran terhadap interaksi kebahasaan yang berlangsung dalam proses belajar-mengajar di kelas. Interaksi kebahasaan berpengaruh terhadap pencapaian efektivitas proses belajar-mengajar. Apabila penggunaan bahasa tidak dikuasai dengan baik, akibatnya proses belajar-mengajar akan terhambat. Informasi yang disampaikan oleh guru tidak dapat diterima dengan baik oleh siswa.
Penggunaan bahasa dalam pengajaran memperlihatkan hubungan antara bahasa dan keefektivitasan proses belajar-mengajar. Penggunaan bahasa guru telah memanfaatkan kombinasi antara prinsip kerja sama dalam membangun pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan, dengan prinsip kesantunan yang mampu menumbuhkan semangat kekeluargaan sehingga proses belajar-mengajar tidak bersifat otoriter.
Kutipan berikut mengindikasikan tuturan tersebut.
Guru    :  Sudah mengerti ya mengenai surat dinas. Ada yang bisa memberikan contoh yang termasuk surat dinas? Ayo, coba saja. Masa calon eksekutif tidak bisa.
Siswa  : Surat pengangkatan jabatan.
Guru    : Iya, itu salah satu contoh surat dari bos eksekutif.
Siswa  :  Calon Bu, calon.


Kutipan di atas telah menerapkan prinsip kerja sama. Guru memberikan tindak tutur perintah dalam bentuk pertanyaan kepada siswa untuk mengetahui kesediaan siswa memberikan kontribusi yang diharapkan guru. Dalam hal ini tindak perintah guru dapat mengancam muka siswa. Akan tetapi, guru menggunakan strategi yang terdapat pada prinsip kesantunan untuk menyelamatkan muka sehingga siswa tidak merasa tertekan dengan perintah tersebut. Dengan demikian, pembelajaran pun menjadi efektif dan hubungan guru dan siswa lebih harmonis.
Penelitian mengenai prinsip kerja sama dan prinsip kesantunan telah banyak dilakukan. Lakoof (1973) seperti yang dikutip Eelen (2006: 2) membahas teori kesantunan untuk memperlihatkan kelemahan-kelemahan tertentu pada teori linguistik tradisional dalam kaitannya dengan teori kerja sama Grice. Selain itu, penelitian mengenai prinsip ini juga dilakukan oleh Roekhan (2002) dalam artikelnya yang berjudul Kegagalan dan Pendayagunaan Maksim Tutur. Akan tetapi, penerapan prinsip oleh Roekhan (2002) lebih difokuskan pada prinsip kerja sama Grice.

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan, judul penelitian ini adalah  Penerapan  Prinsip Kerja Sama dan Prinsip Kesantunan  dalam Proses Belajar-Mengajar Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Negeri 1 Banjarmasin Tahun Ajaran 2007-2008. Penelitian yang dilaksanakan ini merupakan lanjutan dari penelitian yang berjudul Penerapan Maksim Kerja Sama dalam Tanya-Jawab di Pengadilan Negeri Banjarmasin (Cahaya, 2006). Penelitian tersebut menelaah mengenai tanya-jawab yang dihubungkan dengan penerapan fungsi pragmatis dan prinsip kerja sama. Sementara itu, penelitian yang dilaksanakan ini lebih mengarah pada kajian prinsip dalam bertutur yang tidak hanya membahas penerapan prinsip kerja sama, melainkan juga mengikutsertakan prinsip kesantunan dalam lingkup wacana kelas.
Hal yang melatarbelakangi peneliti memilih SMA Negeri 1 Banjarmasin sebagai tempat penelitian karena adanya pandangan terhadap bahasa yang berperan dalam mengefektifkan proses belajar-mengajar. Efektifnya proses belajar-mengajar dapat mengindikasikan lancarnya kegiatan belajar yang terjadi di dalam kelas sehingga siswa dapat menyerap materi dengan baik. Dengan demikian, siswa dapat mengembangkan kemampuannya dalam bidang akademik. Ini dapat dibuktikan oleh banyaknya prestasi yang diperoleh siswa, baik melalui kegiatan ilmiah maupun olimpiade pendidikan. Selain itu, SMA Negeri 1 Banjarmasin telah menghasilkan lulusan yang berkualitas setiap tahunnya.




1.2 Masalah
Masalah pokok dalam penelitian ini difokuskan pada penerapan prinsip kerja sama dan prinsip kesantunan dalam proses belajar-mengajar bahasa dan sastra Indonesia SMA Negeri 1 Banjarmasin. Prinsip kerja sama pada penelitian ini menggunakan teori yang dikemukakan oleh Grice. Grice (Arifin dan Rani, 2000:1149) menyatakan Make your contribution such as is required at the stage at which it occurs, by the accepted purpose or direction of the talk exchange in which you are engaged Berikanlah sumbangan Anda pada percakapan sebagaimana diperlukan, pada tahap terjadinya, oleh tujuan yang diterima atau arah pertukaran pembicaraan yang Anda terlibat di dalamnya. Prinsip kerja sama memiliki sejumlah maksim, yakni maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim hubungan, dan maksim cara. Sementara itu, penelaahan terhadap prinsip kesantunan menggunakan teori yang dikemukakan oleh Brown dan Levinson. Brown dan Levinson (Eelen, 2006: 4) memandang kesantunan dalam kaitannya dengan penghindaran konflik. Berdasarkan hal ini, Eelen (2006:4) membedakan tiga strategi utama untuk melakukan tindak tutur sebagai berikut.
[...] tiga strategi utama untuk melakukan tindak tutur: kesantunan positif (ekspresi solidaritas, dengan memperhatikan muka positif pendengar), kesantunan negatif (ekspresi pemaksaan dengan memperhatikan keinginan muka negatif pendengar), dan kesantunan off-record (penghindaran pemaksaan tertentu, misalnya memberikan isyarat sebagai pengganti pengajuan permohonan langsung).

Tiga strategi utama pada prinsip kesantunan ini sangat penting dalam memelihara hubungan sosial. Hal ini disebabkan oleh adanya kemungkinan besar penggunaan tindak tutur yang dapat mengancam muka. Oleh karena itu, penerapan prinsip kesantunan melalui strateginya perlu dilakukan guru dan siswa agar proses belajar-mengajar berjalan lancar.
 Pada penelitian ini, teori prinsip kerja sama dan prinsip kesantunan digunakan untuk mendeskripsikan serta menjelaskan penerapannya pada proses belajar-mengajar bahasa dan sastra Indonesia di SMA Negeri 1 Banjarmasin.

1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan fokus penelitian yang telah dikemukakan pada bagian sebelumnya, rumusan masalah dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut.
1)   Bagaimanakah penerapan prinsip kerja sama yang dilakukan oleh guru SMA Negeri 1 Banjarmasin dalam proses belajar-mengajar bahasa dan sastra Indonesia di kelas? Masalah ini meliputi hal-hal sebagai berikut.
a)   Bagaimanakah penerapan maksim kuantitas?
b)   Bagaimanakah penerapan maksim kualitas?
c)   Bagaimanakah penerapan maksim hubungan?
d)   Bagaimanakah penerapan maksim cara?
2)   Bagaimanakah penerapan prinsip kesantunan yang dilakukan oleh guru SMA Negeri 1 Banjarmasin dalam proses belajar-mengajar bahasa dan sastra Indonesia di kelas? Masalah ini meliputi hal-hal sebagai berikut.
a) Bagaimanakah penerapan strategi kesantunan positif?
b) Bagaimanakah penerapan strategi kesantunan negatif?
c) Bagaimanakah penerapan strategi kesantunan off record?
3)   Bagaimana kontribusi prinsip kerja sama dan kesantunan dalam mengefektifkan proses belajar-mengajar bahasa dan sastra Indonesia di SMA Negeri 1 Banjarmasin?

1.4 Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan permasalahan yang telah ditetapkan, tujuan penelitian yang akan dicapai adalah untuk mendeskripsikan dan menjelaskan tentang:
1)   Penerapan prinsip kerja sama yang dilakukan oleh guru SMA Negeri 1 Banjarmasin dalam proses belajar-mengajar bahasa dan sastra Indonesia di kelas. Tujuan ini meliputi hal-hal sebagai berikut.
a)   Penerapan maksim kuantitas.
b)   Penerapan maksim kualitas.
c)   Penerapan maksim hubungan.
d)   Penerapan maksim cara.
2)   Penerapan prinsip kesantunan yang dilakukan oleh guru SMA Negeri 1 Banjarmasin dalam proses belajar-mengajar bahasa dan sastra Indonesia di kelas. Tujuan ini meliputi hal-hal sebagai berikut.
a) Penerapan strategi kesantunan positif.
b) Penerapan strategi kesantunan negatif.
c) Penerapan strategi kesantunan off record.
3)   Kontribusi prinsip kerja sama dan kesantunan dalam mengefektifkan proses belajar-mengajar bahasa dan sastra Indonesia di SMA Negeri 1 Banjarmasin.
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoretis dan manfaat praktis.
a. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan baru tentang  penerapan teori prinsip kerja sama dan prinsip kesantunan dalam membangun efektivitas belajar-mengajar di kelas. Selain itu, hasil penelitian ini dapat menjadi masukan dalam pengembangan dan pembendaharaan terhadap kajian kebahasaan seperti Analisis Wacana, Sosiolinguistik, dan Pragmatik.
b. Manfaat Praktis
Dari segi praktis penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dalam pembenahan proses belajar-mengajar agar menjadi efektif. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi peneliti berikutnya.

1 komentar:

  1. sebelumnya..lam kenal buat jasmine...aku arie..
    aku seneng banget dapetin blog km..coz aku gi butuh banget referensi2 masalah prinsip kerjasama dan kesantunan seperti ini...
    oya..aku boleh minta daftar pustaka lengkap sumber2 tulisan km ini ga?? aku butuh banget niy buat tulisan skripsiku... kebetulan materi skripsiku tentang 2 prinsip ini.. plizz... tolong yah.. klo boleh..tolong kirim ke email ato FB ku secepatnya di ari_on88@yahoo.co.id
    trimakasih...

    BalasHapus